Viral Topi di Puncak Gunung, Ada apa sebenarnya?
Sakmadyone.com, Sosial Media di hebohkan oleh penampakan Gunung yang di payungi awan yang membentuk seperti Topi. Dari beberapa foto yang di bagikan oleh warganet, terlihat di puncak gunung di selimuti awan tebal yang banyak juga sebagian warganet menyebutnya seperti caping atau topi.
Adapun gunung yang di selimuti Topi Caping Gunung itu antara lain Gunung Lawu, Gunung Semeru, Gunung Merbabu, Gunung Merapi, Gunung Arjuna, Gunung Sindoro, Gunung Rinjani dan masih banyak lagi. Fenomena seperti ini sebenarnya sudah sering terjadi dan apalagi kalian yang hobi naik gunung pasti mengerti atau pernah lihat fenomena alam yang sangat menakjubkan ini.
Berikut ini jepretan-jepretan cantik Caping Gunung yang di unggah oleh warganet di Sosial Media.
Namun taukah anda kenapa Fenomena Alam yang indah ini dapat terjadi?
Menurut Kepala Sub BMKG, Agie Wandala Putra, Fenomena ini bernama Altocumulus Lenticular. Awan itu di bagi menjadi tiga, Tinggi, Menengah dan Rendah, hal itu dilihat dari jarak ke permukaan. Lalu apa pengertian dari Ketiga Awan tersebut?
1. Awan Tinggi
Awan tinggi itu bentuknya seperti bulu ayam.
2. Awan Menengah
Awan menengah itu bentuknya seperti fenomena Altocumulus Lenticular ini, sedangkan
3. Awan Rendah
Awan rendah seperti awan CB, bentuknya menjulang ke atas.
Awan Lenticular ini bisa terbentuk karena saat udara bergerak melewati pegunungan, sehingga akan mendapatkan pendinginan yang cukup untuk terjadinya kondensasi.
Awan ini berada di lokasi yang sama dan dengan durasi yang lama, hal ini karena ada dukungan udara yang naik di atas pegunungan secara berkelanjutan. Bentuknya bisa menyerupai Lingkaran Pipih, Topi atau Caping. Hal ini di pengaruhi oleh Topografi Gunung dan tegak lurus terhadap arah angin.
Apakah fenomena ini berbahaya bagi para pendaki atau di bagian puncak gunung sedang terjadi badai?
Fenomena ini tidak berbahaya bagi pendaki dan di puncak gunung atau sekitar awan tersebut tidak sedang terjadi badai. Namun yang harus di waspadai oleh pendaki adalah suhu yang berubah menjadi lebih dingin dari biasanya. Fenomena awan ini akan menjadi kendala bagi pesawat yang akan melewati daerah tersebut.
Hal ini lantaran pusaran angin yang kencang dan gelombang gunung akan menyebabkan turbulensi pada pesawat.
Adapun gunung yang di selimuti Topi Caping Gunung itu antara lain Gunung Lawu, Gunung Semeru, Gunung Merbabu, Gunung Merapi, Gunung Arjuna, Gunung Sindoro, Gunung Rinjani dan masih banyak lagi. Fenomena seperti ini sebenarnya sudah sering terjadi dan apalagi kalian yang hobi naik gunung pasti mengerti atau pernah lihat fenomena alam yang sangat menakjubkan ini.
Berikut ini jepretan-jepretan cantik Caping Gunung yang di unggah oleh warganet di Sosial Media.
Namun taukah anda kenapa Fenomena Alam yang indah ini dapat terjadi?
Menurut Kepala Sub BMKG, Agie Wandala Putra, Fenomena ini bernama Altocumulus Lenticular. Awan itu di bagi menjadi tiga, Tinggi, Menengah dan Rendah, hal itu dilihat dari jarak ke permukaan. Lalu apa pengertian dari Ketiga Awan tersebut?
1. Awan Tinggi
Awan tinggi itu bentuknya seperti bulu ayam.
2. Awan Menengah
Awan menengah itu bentuknya seperti fenomena Altocumulus Lenticular ini, sedangkan
3. Awan Rendah
Awan rendah seperti awan CB, bentuknya menjulang ke atas.
Awan Lenticular ini bisa terbentuk karena saat udara bergerak melewati pegunungan, sehingga akan mendapatkan pendinginan yang cukup untuk terjadinya kondensasi.
Awan ini berada di lokasi yang sama dan dengan durasi yang lama, hal ini karena ada dukungan udara yang naik di atas pegunungan secara berkelanjutan. Bentuknya bisa menyerupai Lingkaran Pipih, Topi atau Caping. Hal ini di pengaruhi oleh Topografi Gunung dan tegak lurus terhadap arah angin.
Apakah fenomena ini berbahaya bagi para pendaki atau di bagian puncak gunung sedang terjadi badai?
Fenomena ini tidak berbahaya bagi pendaki dan di puncak gunung atau sekitar awan tersebut tidak sedang terjadi badai. Namun yang harus di waspadai oleh pendaki adalah suhu yang berubah menjadi lebih dingin dari biasanya. Fenomena awan ini akan menjadi kendala bagi pesawat yang akan melewati daerah tersebut.
Hal ini lantaran pusaran angin yang kencang dan gelombang gunung akan menyebabkan turbulensi pada pesawat.